Pemerintah Indonesia dan pemerintah Thailand segera meneken perjanjian impor beras 1 juta ton dari Thailand pada akhir Maret 2021 ini.
Nota kesepahaman (MoU) untuk jual beli beras Thailand sebanyak 1 juta ton dalam setahun ini berupa kesepakatan antar-pemerintah (G2G), dalam hal ini pemerintah Indonesia dengan Thailand.
Dikutip dari Bangkok Post pada Kamis (18/3/2021), Menteri Perdagangan Thailand Jurin Laksanawisit menjelaskan bahwa penandatanganan MoU akan dilakukan pada minggu terakhir Maret.
Isi perjanjian ini adalah terkait pasokan beras asal Thailand ke Indonesia, mencakup tidak lebih dari 1 juta ton beras putih dengan kadar retak 15-25 persen (beras medium). Perjanjian ini berlaku untuk pasokan impor 1 juta ton beras dalam setahun dengan durasi empat tahun.
Namun demikian, impor beras dari Thailand yang dilakukan Indonesia juga dilakukan dengan syarat tertentu. Yakni tergantung produksi beras kedua negara tersebut dan harga beras dunia.
Jurin mengatakan, Thailand juga sedang dalam pembicaraan untuk kesepakatan beras G2G yang serupa dengan pemerintah Bangladesh untuk 1 juta ton beras putih dan beras setengah matang.
Presiden Asosiasi Eksportir Beras Thailand, Charoen Laothammatas, mengatakan MoU dengan Indonesia tidak akan berpengaruh pada pasar beras Thailand karena kontrak belum ditandatangani secara resmi.
Saat ini, menurutnya sangat sulit untuk mengekspor beras Thailand ke pasar dunia sekarang karena nilai tukar baht yang menguat. Ini membuat beras Thailand lebih mahal dari biji-bijian pesaing lainnya.
Harga beras putih Thailand dengan kadar retak 5 persen saat ini tercatat pada 549 dolar AS per ton, sedangkan beras putih Vietnam berada pada 513-517 dolar US. Harga beras India 398-402 dolar AS, lalu Pakistan 438-442 dolar AS per ton.
Sementara itu, harga beras setengah matang di Thailand berada pada 557 dolar AS per ton, sementara beras India setengah matang berada pada 383-387 dolar AS per ton dan beras setengah masak Pakistan pada 457-461 dolar AS per ton.
Bangkok Post mencatat, pada tahun 2020 lalu, Thailand mengekspor total 89.406 ton beras ke Indonesia, naik 46,3 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah tersebut setara dengan total nilai 2,262 miliar baht, atau naik 86,7 persen.
Indonesia langganan beras impor Thailand
Thailand memang sudah sejak lama jadi langganan Indonesia dalam urusan impor beras, selain negara lain seperti Vietnam, India, Myanmar, dan Pakistan. Hal itu terungkap dari data Badan Pusat Statistik (BPS).
Di awal periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia masih melanjutkan langganan impor beras asal Thailand. Di tahun 2014, sebanyak 366.203 ton beras impor dari Thailand dipasok ke Indonesia.
Angka tersebut menjadi yang terbesar mengalahkan Vietnam dengan pasokan 306.418 ton beras ke Indonesia di tahun yang sama.
Setahun berselang, di 2015 Indonesia kembali impor beras dari Vietnam sebanyak 509.374 ton. Kali ini Vietnam jauh meungguli Thailand yang hanya mengekspor berasnya sebanyak 126.745 ton ke Indonesia.
Pada 2016, persaingan ketat antara beras impor dari Vietnam dan Thailand kembali terjadi. Di tahun tersebut, beras impor asal Vietnam berjumlah 535.577 ton, sedangkan dari Thailand 557.890 ton.
Kemudian di tahun 2017, jumlah beras impor asal Thailand dan Vietnam ikut menurun seiring terpangkasnya total kuota impor beras pemerintah sebanyak 305 274. Dari total capaian impor itu, sebanyak 16.599 ton beras berasal dari Vietnam, sedangkan dari Thailand sebesar 108.944 ton.
Di 2018, impor beras besar-besaran kembali dibuka pemerintah Indonesia. Kali ini, 767.180 ton beras Vietnam dipasok ke Indonesia, sedangkan dari Thailand sebanyak 795.600 ton.
Adapun pada 2019, jumlah pasokan beras impor asal Vietnam dan Thailand kembali merosot. Indonesia hanya impor beras sebanyak 33.133 ton dari Vietnam dan 53.278 ton dari Thailand.